Pelatihan K3 untuk Pekerja dengan Disabilitas: Inklusif dan Aman

Pelatihan K3 untuk Pekerja dengan Disabilitas: Inklusif dan Aman

Pelatihan K3 untuk Pekerja dengan Disabilitas: Inklusif dan Aman

Peningkatan kesadaran inklusivitas di dunia kerja membuka lebih banyak peluang bagi penyandang disabilitas untuk terlibat dalam aktivitas industri dan layanan. Namun, pelatihan K3 konvensional seringkali tidak ramah bagi penyandang disabilitas, sehingga menyebabkan ketimpangan pemahaman dan peningkatan risiko kecelakaan kerja.

Tantangan Pelatihan Inklusif

  • Bahasa dan metode penyampaian yang tidak disesuaikan (misal untuk tunarungu atau tunanetra)

  • Tidak ada fasilitas adaptif saat pelatihan berlangsung

  • Konten pelatihan terlalu teknis dan tidak kontekstual

Strategi Pelatihan yang Ramah Disabilitas

  • Gunakan bahasa isyarat atau subtitle video untuk peserta tunarungu

  • Modul braille atau audio untuk peserta tunanetra

  • Pelatihan berbasis praktik dan visual untuk mereka dengan keterbatasan kognitif ringan

  • Keterlibatan instruktur inklusi yang memahami kebutuhan penyandang disabilitas

Studi Kasus

Sebuah industri daur ulang di Surabaya mempekerjakan pekerja dengan tunarungu sebagai operator sortir. Mereka menyusun pelatihan K3 khusus dengan bahasa isyarat dan video demonstratif. Hasilnya, tingkat kepatuhan K3 meningkat dan pekerja merasa lebih percaya diri.

Kesimpulan

Pelatihan K3 yang tidak inklusif adalah bentuk pengabaian keselamatan. Perusahaan harus menyadari bahwa K3 untuk penyandang disabilitas bukan tambahan, melainkan bagian dari sistem keselamatan yang menyeluruh.

Pelatihan K3 untuk Teknisi Freelance: Siapa yang Bertanggung Jawab?

Pelatihan K3 untuk Teknisi Freelance: Siapa yang Bertanggung Jawab?

Pelatihan K3 untuk Teknisi Freelance: Siapa yang Bertanggung Jawab?

Di era gig economy, semakin banyak perusahaan yang menggunakan tenaga kerja freelance untuk pekerjaan teknis seperti instalasi listrik, pemeliharaan AC, atau pemasangan jaringan. Namun, masih banyak perusahaan dan pekerja yang tidak sadar bahwa kewajiban pelatihan K3 tetap berlaku meskipun status pekerja bukan karyawan tetap. Hal ini menciptakan celah keselamatan serius di lingkungan kerja.

Risiko Umum Teknisi Freelance

  • Tidak dilatih penggunaan alat keselamatan atau SOP kerja

  • Tidak mendapatkan perlindungan asuransi kerja

  • Bekerja di lokasi berbahaya tanpa briefing

  • Tidak paham prosedur darurat di tempat kerja

Kenapa Pelatihan K3 Wajib untuk Freelance?

  • Setiap orang yang bekerja di tempat kerja, sesuai UU No. 1 Tahun 1970, berhak atas lingkungan kerja yang aman.

  • Perusahaan tetap bertanggung jawab atas keselamatan semua orang di lokasi, termasuk vendor dan freelancer.

  • Pelatihan K3 dapat mengurangi potensi klaim hukum jika terjadi kecelakaan kerja.

Model Pelatihan yang Bisa Diterapkan

  • Pelatihan onboarding singkat sebelum mulai kerja

  • Video prosedur K3 untuk teknisi lepas

  • Checklist keselamatan yang harus ditandatangani

  • Evaluasi akhir proyek untuk feedback keselamatan

Studi Kasus

Sebuah perusahaan provider internet yang menggunakan teknisi freelance untuk pemasangan kabel fiber optik mengalami insiden jatuh dari tangga. Setelah kasus itu, mereka mewajibkan semua teknisi mengikuti pelatihan 2 jam K3 dasar dan hasilnya tidak ada lagi insiden selama 18 bulan.

Referensi:

Kesimpulan

Status pekerja tidak menghapus risiko kerja. Semua teknisi, termasuk freelance, wajib mendapatkan pelatihan K3 yang proporsional dengan risiko pekerjaannya.

© Copyright Delta Indonesia 2022